METRUM.ID – Meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah disepakati pada 19 Januari 2025, penderitaan anak-anak di Gaza belum berakhir. Kesepakatan yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat ini diharapkan membawa stabilitas, tetapi pelanggaran serta keterlambatan bantuan kemanusiaan membuat situasi tetap kritis.
Menurut laporan The Times, gencatan senjata mencakup pertukaran tahanan dan penarikan militer Israel dari Gaza. Namun, beberapa pekan setelah kesepakatan, bantuan kemanusiaan yang dijanjikan masih belum sampai ke sebagian besar wilayah Gaza. Kelangkaan makanan, obat-obatan, dan air bersih membuat anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan.
Huffington Post melaporkan bahwa meskipun Hamas kehilangan sebagian besar infrastrukturnya, kelompok ini masih memiliki pengaruh besar terhadap masa depan Gaza. Situasi ini menambah ketidakpastian, terutama karena Israel telah mengancam untuk melanjutkan serangan jika Hamas tidak mematuhi kesepakatan sepenuhnya.
Di tengah ketegangan ini, UNICEF melaporkan bahwa kondisi anak-anak di Gaza semakin memburuk. Puluhan ribu anak mengalami malnutrisi akut, sementara banyak yang mengalami trauma akibat perang berkepanjangan. UNICEF juga mengungkap bahwa setidaknya tujuh bayi meninggal akibat kedinginan setelah hujan deras dan banjir merendam tenda-tenda pengungsi.
Selain itu, rumah sakit di Gaza masih kewalahan menangani anak-anak yang menderita luka bakar, luka tembak, dan amputasi. Keterbatasan pasokan medis membuat banyak pasien tidak bisa mendapatkan perawatan yang memadai. Organisasi kemanusiaan telah berulang kali meminta agar akses bantuan segera dibuka tanpa hambatan, tetapi hingga kini belum ada perubahan signifikan.
Gencatan senjata yang seharusnya membawa harapan kini justru menjadi ujian baru bagi warga Gaza. Tanpa langkah konkret dari komunitas internasional untuk memastikan bantuan kemanusiaan berjalan lancar, gencatan senjata ini bisa berujung pada kegagalan. Anak-anak Gaza, yang seharusnya hidup dalam kedamaian, masih terperangkap dalam krisis yang tak kunjung usai.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memperingatkan bahwa ribuan anak-anak yang terluka dan kekurangan gizi hanya memiliki sedikit waktu sebelum kondisi mereka semakin kritis.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 60% fasilitas kesehatan di Gaza sudah tidak berfungsi, membuat banyak anak-anak tidak mendapatkan perawatan medis yang mereka butuhkan.
Dengan kondisi yang semakin memburuk, komunitas internasional menghadapi tantangan besar untuk memastikan bahwa gencatan senjata benar-benar membawa perubahan bagi kehidupan anak-anak Gaza, bukan hanya sekadar jeda sementara dalam konflik berkepanjangan.