HIBURAN

sebuah sajak tentang cinta yang akhirnya menemukan jalannya

×

sebuah sajak tentang cinta yang akhirnya menemukan jalannya

Sebarkan artikel ini
.
.

Oleh : Sajak Lama

Di bawah langit kota karang,

sesuatu jatuh

bukan sekadar benda,

melainkan pertanda

bahwa takdir sedang bermain dengan hati kita.

Bola mata itu menggelinding,

membawa serta warna yang tenang,

warna yang kautawarkan padaku

dan kini berani kupandang lama

karena aku tahu,

ketenangan itu adalah rumah bagiku.

Waktu, sang dalang bijaksana,

dulu belum mengizinkan jemari kita bersentuhan.

Ia sibuk merajut takdir di benang-benang langit,

menyiapkan momen yang sempurna,

agar pertemuan kita bukan kebetulan,

melainkan keniscayaan.

Lalu datanglah ia—waktu yang tepat, membawa pertemuan dalam bingkai keajaiban: bukan hanya untuk saling tahu, tapi untuk saling memiliki, untuk membuktikan bahwa di dunia ini, jiwa sepertimu diciptakan untuk jiwa sepertiku.

Perkenalan yang dulu singkat

kini menjadi cerita panjang yang kita tulis bersama.

Angin yang dulu hanya singgah sebentar,

kini menetap menjadi rumah.

Aku berjuang sendiri dulu,

meniti jalan berliku

hingga ke penghujung bulan ketujuh

di lembaran tahun dua ribu dua puluh lima.

Dan di sana, dalam proses pencarian yang singkat

namun padat makna,

takdir menyatukan kita.

Bukan lagi sebagai dua jiwa yang terpisah,

bukan lagi sebagai pencari yang kesepian,

melainkan sebagai sepasang jiwa

yang akhirnya menemukan pelabuhan.

Aku sempat berpikir: ini mustahil.

Karena selisih jiwa kita tampak jauh

bukan jarak yang bisa diukur dengan langkah,

tapi celah yang tercipta dari perbedaan latar.

Tidak terlalu jauh hingga tak terlihat,

namun dulu terasa cukup jauh hingga menakutkan.

Tapi ternyata,

keinginan yang kuat dalam pencarian saya

mampu menjembatani setiap jurang perbedaan.

Cinta kita sampai pada titik “semoga”

kata yang paling sering kuucapkan, kata yang paling sering diaminkan, dan kini, kata yang dikabulkan oleh langit.