HIBURAN

Di Antara Badai yang Tak Bernama

×

Di Antara Badai yang Tak Bernama

Sebarkan artikel ini
.
.

Ia tersesat dalam labirin tak kasat mata, mencari jawaban dari pertanyaan yang tak pernah diucapkan.

Entah ada kesalahan yang terselip di sudut hatinya, namun ia tak tahu di mana meletakkan jari telunjuknya untuk menunjuk sang biang kerok.

Kesalahan itu seperti hantu terasa kehadirannya, namun tak dapat dijamah,

terdengar bisikannya, namun tak dapat dipahami. Ia berdiri di tengah pusaran angin,

menahan badai yang datang tanpa peringatan.

Hari ini langit cerah, matahari bersinar hangat di pelupuk matanya,

tawa renyah memenuhi ruang di antara mereka senang, bahagia, dicintai.

Namun kemudian, tanpa sebab yang dapat ia raba,

awan hitam datang menggantung rendah.

Senyum memudar, digantikan kesunyian yang menusuk. Ia merasa menjadi penghancur suasana, meski tangannya tak pernah menyentuh apapun, meski bibirnya tak mengucap kata yang menyakitkan.

Emosi bercampur aduk seperti cat yang tumpah di atas kanvas putih merah amarah, biru kesedihan, kuning kebahagiaan, hitam keputusasaan semuanya menyatu menjadi warna yang tak dapat ia beri nama.

Tetapi ia tetap berdiri.

Meski tubuhnya goyah, meski jiwanya retak,

meski hatinya dibuat berantakan seperti rumah yang diterpa badai ia tetap berdiri.

Dengan tangan yang gemetar, ia merangkai kembali kepingan-kepingan kebahagiaan itu, seperti anak kecil yang mengumpulkan pecahan kaca berwarnauntuk dijadikan mozaik yang indah.

Ia menjadi tukang tambal sulam emosi, menjahit luka yang bukan ia ciptakan, menenangkan gelombang yang bukan ia bangkitkan.

Ia menjaga senyum di wajah wanita itu tetap mekar,

meski untuk itu ia harus mengorbankan ketenangan jiwanya sendiri.

Ia menjadi payung di tengah hujan,

menjadi lilin di tengah kegelapan,

menjadi jangkar di tengah lautan yang bergolak.

Cinta memang bukan selalu tentang kenyamanan,

terkadang ia tentang ketahanan tentang memilih untuk tetap ada

meski dunia di sekitarmu terus berguncang,

tentang memilih untuk tetap mengulurkan tangan

meski tanganmu sendiri berdarah,

tentang memilih untuk tetap mencintai

meski cinta itu membuatmu lelah.

Dan di tengah kebingungan yang tak berujung itu,

di tengah kekacauan yang tak dapat ia kontrol,

ia menemukan satu kepastian, bahwa ia akan tetap di sana, berpegangan erat pada kursi roller coaster ini, berjalan di atas kulit telur dengan hati-hati,dan berputar mengikuti irama yang tak menentu, Karena cinta sejati bukan tentang menemukan ketenangan, tetapi tentang memilih untuk tetap tenang di tengah badai yang tak pernah berhenti.

Oleh: Sajak Lama