BISNIS

Cerita dari Sukatani Kabupaten Tasikmalaya, Hampir Seluruh Warganya Jadi Tukang Rujak

×

Cerita dari Sukatani Kabupaten Tasikmalaya, Hampir Seluruh Warganya Jadi Tukang Rujak

Sebarkan artikel ini
Rujak di Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya
Nana, tokoh masyarakat sekaligus pedagang rujak asal Kampung Sukatani, Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Foto: inilahtasik.com

METRUM.ID – Sebuah kampung di wilayah Barat Kabupaten Tasikmalaya bernama Sukatani atau lebih populer dikenal sebagai Kampung Rujak, tepatnya di Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Sebutan kampung rujak lantaran hampir 80 persen warganya berpropesi sebagai pedagang rujak.

“Hampir satu RT lebih, warga di sini mah semua berprofesi sebagai pedagang rujak,” kata Nana Sumarna, tokoh masyarakat kampung Sukatani, Kamis, (3/3/2025).

Dia mengatakan, bagi masyarakat Kampung Sukatani menjadi pedagang rujak merupakan profesi yang sudah turun temurun dari nenek moyangnya terdahulu. Nana sendiri berjualan rujak keliling. Isian rujaknya dengan macam-macam jenis buah seperti, nanas, jambu batu, jambu air, ubi, bengkuang, dan belimbing.

Nana bukan pedagang baru, dirinya mengaku sudah berjualan sejak usia remaja. “Saya saja menjadi pedagang rujak itu, pertama kali diajak oleh bapak saya dulu, waktu saya umur 15 tahun. Dan sekarang umur saya sudah 55 tahun, sudah punya anak 4 cucu 6,” tuturnya.

Karena semua anaknya perempuan, lantas profesi ini diteruskan para menantu dari keempat anaknya, semuanya memilih pekerjaan sebagai pedagang rujak buah-buahan.

Dia pun bercerita perjalanan hidupnya sejak awal menjadi tukang rujak, Nana mengaku sudah pernah berjualan di hampir lima kota besar, yakni Garut, Bandung, Cianjur, Bekasi, Depok, Jakarta dan kini sudah 15 tahun jualan rujak di Bogor.

Dari perjalanan selama puluhan tahun itu, dia mengaku sudah banyak mengalami suka duka sebagai pedagang rujak.  “Bagi pedagang mah sukanya itu, kalau jualanya cepet laku dan habis. Dukanya pedagang rujak mah, jika cuaca lagi musim hujan, apalagi kalau hujannya terus menerus bahkan jika sampai berhari hari, bagi pedagang rujak mah rugi besar pak. Bahkan sampai banyak yang bangkrut” tutur Nana.

Adapun saat-saat yang menguntungkan bagi para pedagang ruja seperti dirinya, yakni ketika ada hiburan atau acara acara pemerintahan. “Di kota kan sering ada acara seperti jalan santai, hiburan musik, atau acara yang diselenggarakan oleh pemerintah. Nah biasanya yang hadir bisa sampai ribuan orang, itu kesempatan bagus bagi penjual rujak mah. Makanya jualan pun tak lama, paling 3 hingga 4 jam juga sudah habis,” ujarnya.

Nana mengaku, keuntungan yang didapat dari berjualan rujak biasanya setengah dari modal pokok. “Kalau keuntungan mah, misalkan modalnya 150 ribu, maka keuntungannya juga harus 150. Bahkan kalau lagi bagus mah, bisa lebih,” tukasnya.