METRUM.ID – Sejarah mencatat betapa besar peran kaum muda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara berkumpul di Batavia kini Jakarta dan mengikrarkan Sumpah Pemuda. Melalui tekad “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa”, mereka menanamkan semangat persatuan dan nasionalisme yang menjadi fondasi berdirinya bangsa ini.
Sumpah Pemuda bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan tonggak penting lahirnya kesadaran kolektif bahwa kemerdekaan hanya bisa diraih lewat persatuan dan semangat kebersamaan. Semangat itu terus diwariskan lintas generasi, menemukan bentuk baru di berbagai bidang kehidupan termasuk dalam dunia pendidikan dan literasi.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian sosial kini diterjemahkan melalui gerakan literasi yang membangun karakter anak sejak dini, agar tidak larut dalam pengaruh negatif dari gawai dan media digital.
Salah satu wujud nyata semangat tersebut hadir melalui Rumah Literasi Cakrawala NTT, yang berlokasi di Dusun Dendeng, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Inisiatif ini digagas oleh Yayasan Media Cakrawala NTT, lembaga independen yang sejak 2016 berfokus pada penguatan budaya membaca dan menulis bagi guru, mahasiswa, dan masyarakat luas. Rumah Literasi ini menjadi ruang belajar alternatif yang menggabungkan pendidikan literasi dengan kepedulian terhadap lingkungan.
Dengan konsep unik “Sampahmu Tiket Baca”, anak-anak dapat belajar membaca dan menulis dengan cara membawa botol plastik, kaleng, atau sampah anorganik lainnya sebagai pengganti uang. Melalui metode sederhana ini, mereka tidak hanya belajar mengenal huruf dan kata, tetapi juga memahami pentingnya menjaga kebersihan dan mengurangi sampah di lingkungan sekitar.
“Satu anak cukup membawa satu botol bekas. Itu tiket mereka untuk membaca. Dari sini, mereka belajar peduli kebersihan dan sekaligus mengurangi sampah di sekitar sawah dan laut,” ujar Direktur Rumah Literasi Cakrawala NTT, Gusty Rikarno.
Rumah Literasi Cakrawala kini memiliki lebih dari 1.500 judul buku dan didukung oleh 12 relawan, terdiri dari ibu-ibu sekitar, mahasiswa Universitas Nusa Cendana, serta anggota Komunitas Belajar Mengajar (KBM) Muhammadiyah Kupang. Mereka secara rutin mendampingi anak-anak setiap akhir pekan. Selain membaca, anak-anak juga diarahkan untuk mengembangkan bakat dan minat dalam seni, olahraga, hingga kegiatan lingkungan.
Semangat literasi dan kebersamaan itu kembali diwujudkan dalam kegiatan “Panggung Kreasi”, yang digelar pada Sabtu, 25/10/2025, dengan tema “Membaca Dunia, Menulis Masa Depan”. Kegiatan ini menjadi wadah bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri melalui berbagai pertunjukan seni, seperti membaca puisi, menari, pidato, dan menyanyi. Sementara itu, Komunitas Mendi Project turut memeriahkan acara dengan pementasan monolog dan musikalisasi puisi yang memukau para penonton.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Pemerintah Desa Noelbaki, pihak Gereja GMIT, serta sejumlah tokoh masyarakat turut hadir dan memberikan apresiasi atas upaya Rumah Literasi Cakrawala NTT dalam membangun semangat belajar anak-anak melalui pendekatan kreatif dan inklusif. Dukungan itu menjadi bukti bahwa gerakan literasi mampu menyatukan masyarakat lintas latar belakang demi tujuan bersama: mencerdaskan kehidupan anak-anak di desa.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Cakrawala NTT, Gusty Rikarno, menyampaikan rasa terima kasih kepada para relawan dan masyarakat yang telah mendukung gerakan ini.
“Kami sangat berterima kasih kepada mama-mama, bapak-bapak, dan relawan yang selama ini mendampingi anak-anak. Dua jam saja setiap Sabtu sore sudah sangat berarti bagi tumbuh kembang mereka,” ujarnya.
Sebagai penutup, dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Rumah Literasi Cakrawala NTT, Komunitas Mendi Project, dan Komunitas Belajar Mengajar (KBM) Muhammadiyah Kupang. Kolaborasi ini diharapkan menjadi dasar penguatan program literasi dan pendampingan anak secara berkelanjutan, baik dalam bidang seni maupun pendidikan karakter.












