PENDIDIKAN

Mendi Project Temukan Inspirasi Literasi dari Botol Plastik di Taman Baca Cakrawala NTT

×

Mendi Project Temukan Inspirasi Literasi dari Botol Plastik di Taman Baca Cakrawala NTT

Sebarkan artikel ini
Komunitas Mendi Project berfoto bersama anak-anak dan relawan Taman Baca Masyarakat usai kegiatan pendampingan belajar di Dusun Dendeng, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, pada Sabtu (20/9/2025).
Komunitas Mendi Project berfoto bersama anak-anak dan relawan Taman Baca Masyarakat usai kegiatan pendampingan belajar di Dusun Dendeng, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, pada Sabtu (20/9/2025).

METRUM. ID – Budaya literasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih memprihatinkan. Banyak siswa bahkan hingga tingkat perguruan tinggi belum lancar membaca. Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi pembangunan pendidikan, terutama ketika Indonesia menargetkan visi Indonesia Emas 2045.

Laporan Kompas (19/9/2025) mencatat indeks literasi di NTT berada di kategori rendah. Untuk tingkat SMA tahun 2024, sekolah dengan kategori baik hanya 24,7 persen. Adapun kategori sedang 25,80 persen, kategori kurang 25,36 persen, dan kategori paling rendah 24,15 persen.

Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengakui kondisi tersebut. “Dulu semua yang tamat SD pasti bisa baca tulis. Sekarang, jangankan SD, di tingkat SMP dan SMA bahkan tidak bisa baca tulis dengan baik. Kita jangan menikmati kondisi sekarang ini sebagai kondisi baik-baik saja,” ujarnya.

Situasi itu memantik kepedulian komunitas  Mendi Project. Pada Sabtu (20/9/2025), mereka berkunjung ke Taman Baca Masyarakat (TBM) Media Cakrawala NTT yang berlokasi di Dusun Dendeng, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.

Kunjungan tersebut tidak datang tiba-tiba. Dorongan itu muncul setelah mereka membaca laporan di Kompas.id dan menonton tayangan di Instagram Harian Kompas mengenai darurat literasi di NTT. Dari rasa prihatin itulah Mendi Project merasa perlu hadir langsung di Taman Baca Masyarakat, melihat kegiatan belajar anak-anak, sekaligus memberi dukungan agar mereka semakin giat membaca.

“Masih banyak siswa bahkan mahasiswa yang belum bisa membaca lancar. Padahal membaca adalah dasar semua mata pelajaran. Kami berharap kehadiran taman baca ini dapat membantu anak-anak lebih giat membaca,” kata Founder Mendi Project, Enji Juna.

Co-Founder Mendi Project, Handrisius Grodus, menambahkan bahwa kunjungan tersebut merupakan bagian dari kelas eksplorasi, salah satu program mingguan Mendi Project. “Kami ingin hadir langsung, melihat proses belajar, sekaligus memberi dorongan agar anak-anak mencintai buku,” ujarnya.

Program mingguan Mendi Project sendiri terbagi ke dalam empat tema, yakni kelas kreatif, kelas ilmiah, kelas eksplorasi, dan kelas ngopi. Melalui variasi kelas tersebut, komunitas ini berupaya menghadirkan ruang belajar alternatif yang tidak hanya fokus pada kemampuan akademik, tetapi juga memberi kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan minat dan bakatnya.

Sementara Ketua relawan Taman Baca Masyarakat Deta, menuturkan bahwa kegiatan di taman baca ini tidak hanya mendorong anak-anak untuk membaca, tetapi juga melatih mereka mencintai lingkungan. Setiap anak yang datang membaca akan diberikan imbalan berupa satu botol plastik. Botol-botol itu kemudian dikumpulkan dan dikelola di bank sampah untuk ditukar dengan kebutuhan anak-anak, seperti alat tulis atau perlengkapan olahraga. “Kami ingin anak-anak lebih giat membaca, sekaligus belajar menjaga lingkungan sejak dini,” ujarnya.

Sejak berdiri pada 2016, Yayasan Media Cakrawala NTT telah konsisten menggerakkan empat program utama, yakni Majalah Pendidikan (cetak dan online), penerbitan dan percetakan Sekolah Menulis Cakrawala, serta Taman Baca Masyarakat. Keberadaan Taman Baca Masyarakat menjadi salah satu upaya nyata untuk memperkuat budaya literasi di tengah tantangan rendahnya kemampuan membaca di NTT.

Dengan inisiatif berbagai pihak, diharapkan budaya literasi di NTT dapat terus tumbuh dan menjadi fondasi bagi terwujudnya Indonesia Emas 2045