METRUM.ID – Krisis kemanusiaan di Gaza kian hari kian memuncak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan lebih dari 12.000 orang membutuhkan evakuasi medis darurat. Namun, harapan mereka seakan terganjal proses persetujuan yang lamban.
“Kita harus bergerak lebih cepat. Kita perlu mempercepat proses persetujuan evakuasi medis dan memastikan semua koridor serta penyeberangan perbatasan mendukung evakuasi medis yang aman,” tegas Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, melalui media sosial, Rabu (8/1/2025).
Dalam langkah awal yang masih jauh dari cukup, WHO dan mitranya pekan ini berhasil mengevakuasi sepuluh pasien ke Yordania dan Amerika Serikat untuk mendapatkan perawatan medis khusus. Namun, jumlah ini hanyalah tetesan kecil dibandingkan kebutuhan yang ada.
Sementara itu, kondisi di lapangan semakin mencekam. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menggambarkan rumah sakit di Gaza sebagai “perangkap maut.” Bom terus menghujani wilayah tersebut, memisahkan keluarga, dan merenggut nyawa anak-anak yang bahkan tak berdaya melawan dinginnya malam.
“Kelaparan membunuh, krisis pangan melumpuhkan, dan pasukan pendudukan terus memperketat pembatasan terhadap masuknya bantuan kemanusiaan, yang memperparah krisis pangan,” ungkap UNRWA dalam pernyataan kerasnya.
Dari 36 rumah sakit, hanya 14 rumah sakit yang aktif beroperasi saat ini. Namun, rumah sakit tersebut hanya mampu memberikan layanan parsial akibat kekurangan obat-obatan dan perlengkapan medis secara ekstrem.
Gaza kini tak ubahnya arena penderitaan massal, di mana ribuan nyawa bergantung pada keajaiban dan empati dunia. Akankah dunia membiarkan tragedi ini terus berlanjut, atau justru bangkit untuk menyelamatkan mereka yang terperangkap dalam kepungan krisis? ***