METRUM.ID – Artikel ini ditulis oleh mahasiswa-mahasiswa Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal sebagai daerah dengan iklim kering yang cocok untuk tanaman tertentu, salah satunya adalah jambu mete atau mente. Jambu mete (Anacardium occidentale) merupakan tumbuhan yang berasal dari Brasil. Buah sejatinya, yaitu kacang mete, memiliki rasa yang enak dan buah semunya mempunyai nilai gizi yang tinggi seperti vitamin C, mineral, kalsium, fosfor dan besi (Vivek dkk., 2012).
Tanaman ini punya potensi besar sebagai komoditi unggulan karena bisa tumbuh dengan baik di lahan kering dan sudah menjadi sumber penghasilan bagi sebagian masyarakat. Tapi sayangnya, pengembangan mente di NTT belum sepenuhnya ditunjang dengan sistem agribisnis yang kuat, terutama dari sisi kelembagaan yang seharusnya jadi penggerak utama.
Peran Agribisnis dalam Pengembangan Mente
Agribisnis itu bukan cuma soal bertani, tapi mencakup seluruh proses dari hulu ke hilir: mulai dari penyediaan sarana produksi, proses budidaya, pengolahan hasil, sampai pemasaran. Dalam konteks mente di NTT, agribisnis punya peran penting, seperti: Peningkatan Produktivitas, Pengolahan dan Nilai Tambah, Pemasaran dan Akses Pasar
Peran Kelembagaan dalam Agribisnis Mente
Tanpa dukungan kelembagaan, sistem agribisnis nggak akan jalan maksimal. Berikut ini bentuk dan peran kelembagaan yang mendukung pengembangan mente di NTT:
- Lembaga Pemerintah
- Dinas Pertanian dan Perkebunan: Memberikan penyuluhan, bantuan bibit, dan pelatihan teknis budidaya.
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan: Membantu dalam pengembangan industri rumah tangga dan akses pasar.
- BUMDes: Bisa jadi lembaga ekonomi desa yang membeli hasil mente petani dan mengaturnya supaya bisa dijual ke pasar lebih luas.
2. Lembaga Keuangan
- Koperasi, bank petani, dan lembaga keuangan mikro penting untuk memberi akses modal bagi petani.
3. Lembaga Sosial Masyarakat
- Kelompok Tani: Sebagai pelaku utama dalam budidaya dan pengorganisasian kegiatan pertanian mente.
- PKK dan Karang Taruna: Bisa dilibatkan dalam kegiatan pengolahan hasil dan pemasaran produk lokal secara kreatif.
4. Lembaga Pendidikan dan Riset
- Kampus atau politeknik pertanian bisa membantu lewat penelitian, KKN tematik, dan pengabdian masyarakat—terutama dalam meningkatkan kualitas produksi dan teknologi pengolahan.
Tantangan:
Masih ada beberapa kendala yang harus dihadapi dalam mengembangkan agribisnis mente di NTT, antara lain:
Rantai pemasaran terlalu panjang, membuat harga di tingkat petani rendah, Minimnya fasilitas pengolahan hasil di tingkat desa, dan Lemahnya kelembagaan petani dalam hal manajemen usaha.
Solusinya:
Memperkuat kelompok tani sebagai koperasi produsen, Menggandeng swasta dan lembaga keuangan untuk program pendampingan usaha, Pemerintah daerah harus serius menetapkan mente sebagai komoditi strategis dan memberi dukungan kebijakan.
Mente punya potensi besar untuk jadi komoditi andalan masyarakat NTT, apalagi dengan kondisi alam yang memang mendukung. Tapi supaya potensinya bisa maksimal, perlu sistem agribisnis yang berjalan dari hulu ke hilir dan didukung oleh kelembagaan yang kuat. Kolaborasi antara petani, pemerintah, lembaga pendidikan, dan pihak swasta sangat dibutuhkan agar mente bisa berkembang lebih maju dan jadi sumber ekonomi yang berkelanjutan bagi daerah.