METRUM.ID – Puluhan sopir dari Desa Bilal, Dawataa, Ipiebang, dan Lelen Bala, Kabupaten Flores Timur, Kecamatan Adonara Timur, terpaksa turun tangan memperbaiki jalan rusak parah yang menghubungkan Desa Terong menuju Bilal dan desa-desa sekitar. Aksi swadaya ini berlangsung pada Selasa, 29 April 2025, dan murni merupakan inisiatif para sopir yang setiap hari menggunakan jalur tersebut sebagai akses utama untuk bekerja.
Kerusakan jalan terjadi akibat usia jalan yang sudah hampir satu dekade serta intensitas hujan yang tinggi. Jalan tersebut sebelumnya dibangun pada tahun 2015–2016 oleh PT Bumi Indah melalui program infrastruktur dari Pemerintah Provinsi. Namun, karena kurangnya perawatan berkala, kini jalan hotmix tersebut mengalami kerusakan serius, dengan banyak lubang besar yang mengganggu bahkan membahayakan lalu lintas.
“Kami melewati jalan ini setiap hari. Kalau terus menunggu perbaikan dari pihak terkait, entah kapan baru akan dikerjakan. Akhirnya kami sepakat memperbaikinya sendiri, walau dengan peralatan seadanya,” ujar fai, seorang sopir asal Desa Bilal, saat ditemui di lokasi.
Perbaikan difokuskan di Dusun Bahalone, Desa Bilal, yang merupakan salah satu titik paling parah. Proses pengerjaan dilakukan dengan cara menambal lubang menggunakan campuran semen dan kerikil yang dibeli dari dana patungan para sopir, serta sumbangan sukarela dari masyarakat sekitar. Beberapa warga juga turut membantu secara langsung, sementara lainnya memberikan dukungan berupa makanan dan minuman.
Aksi perbaikan ini dijadwalkan akan berlanjut pada Kamis, 1 Mei 2025, dan direncanakan berlanjut hingga seluruh titik kerusakan teratasi. Para sopir menyadari bahwa upaya ini tidak akan menghasilkan jalan sekuat proyek resmi, namun setidaknya mampu memperlancar akses sementara bagi kendaraan roda dua dan empat.
“Kami hanya ingin jalan ini bisa dilalui dengan aman. Bukan hanya untuk kami, tapi juga untuk anak-anak sekolah, petani, dan warga lainnya,” kata Sabri, sopir angkutan desa dari Bilal.
Jalan ini merupakan jalur vital yang digunakan masyarakat untuk mengangkut hasil tani, kebutuhan pokok, serta mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Dengan rusaknya jalan, biaya transportasi meningkat dan waktu tempuh memburuk, terutama saat musim hujan.
Aksi swadaya ini memunculkan banyak apresiasi dari warga desa lain. Tidak sedikit yang berharap agar perbaikan ini membuka mata pemerintah dan pemangku kepentingan untuk segera melakukan rehabilitasi jalan secara permanen.***