REGIONAL

Mitos Gua Safawardi Tasikmalaya, Bisa Tembus ke Makkah

×

Mitos Gua Safawardi Tasikmalaya, Bisa Tembus ke Makkah

Sebarkan artikel ini
Gua Safarwadi, Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Foto: Istimewa
Gua Safarwadi, Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Foto: Istimewa

METRUM.IDGua Safarwadi di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat mendadak viral lantaran mitosnya sebagai terowongan yang dapat menghubungkan Indonesia dengan Makkah, Arab Saudi. Benarkah kabar tersebut?

Masyarakat Indonesia dibuat geger dengan adanya sebuah gua di Tasikmalaya, Jawa Barat yang diyakini jika ditelusuri akan sampai ke kota suci Makkah. Gua Safarwadi itu berada di Panyalahan, Pamijahan, Kec. Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Gua Safarwadi berada di kawasan wisata religi pesarehan Syech Abdul Muhyi, seorang tokoh ulama yang mempunyai andil besar dalam penyebaran Islam di Jawa Barat, khususnya di Priangan Timur. Selain melakukan ziarah, pengunjung juga menilik Gua Safarwadi yang masih satu lokasi dengan wisata religi itu.

Menurut kepercayaan orang-orang sekitar, Gua Safarwadi adalah gua yang menghubungkan Indonesia dengan kota suci Makkah. Jika seseorang mengikuti jalan kecil di gua tersebut secara terus menerus, maka ia akan sampai akhirnya di Makkah. Gua ini juga dipercaya yang dilalui oleh para wali ketika akan mengunjungi Makkah di masa lalu dan melakukan ibadah haji.

Faktanya, saat ada seseorang yang mencoba untuk mengikuti jalan yang diperkirakan sepanjang 8.100 km itu, yang ada pengunjung tersebut terhimpit dan sesak nafas.

Ketika hal itu ditanyakan kepada warga sekitar, mereka menjelaskan jika sebenarnya Gua Safarwadi hanyalah jembatan. Saat para wali ingin pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, mereka akan berdoa di gua ini kemudian raga mereka menembus bumi dan muncul kembali di tanah suci.

MUI Buka Suara

Banyaknya orang yang percaya jika Gua Safarwadi bisa membuat mereka berangkat ke tanah suci membuat para pengunjung mulai melakukan ritual-ritual yang nyaris melanggar syariat Islam. Termasuk berdoa kepada bebatuan yang ada di dalam gua.

Menanggapi hal itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengambil sikap. MUI menghimbau masyarakat untuk tidak gampang percaya kepada kebohongan-kebohongan berkedok agama.

“Yang begini tak usah dipercaya. Ke Makkah lewat jalur biasa yang ditentukan oleh negara Indonesia dan Arab Saudi,” kata Cholil Nafis, Ketua MUI bidang Dakwah dan Ukhuwah, dikutip detik.com (12/2/2025).

Kyai Cholil Nafis juga mengajak umat Islam khususnya di Indonesia untuk kembali ke ajaran Islam dan hadits. Tidak melakukan hal-hal yang tidak diajarkan di kitab suci, termasuk mengagung-agungkan tempat tertentu.

“Jalani agama dengan mengikuti Al-Qur’an dan hadits yang dipahami oleh ulama dengan akal sehat. Stop mistis yang khayali gitu,” tandasnya.

Tanggapan Muhammadiyah

Menanggapi fenomena ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, menekankan perlunya dakwah pencerahan agar masyarakat tidak mudah mempercayai hal-hal di luar nalar sehat.

“Memang tempat yang dipercayai oleh orang selalu ada cerita di luar logika untuk menarik perhatian dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap situs tersebut,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap hal mistik masih kuat, sehingga cerita-cerita yang tidak rasional sering diterima sebagai kebenaran. “Di sinilah perlunya dakwah pencerahan, agar masyarakat tidak terjebak dalam keyakinan yang tidak berdasar,” lanjutnya.

Menurutnya, dakwah pencerahan harus dilakukan melalui penjelasan terhadap teks suci, baik secara bayani (tekstual), burhani (rasional), maupun irfani (spiritual), sehingga ruang bagi kepercayaan yang tidak rasional dapat diminimalkan.

Selain itu, pendidikan yang berbasis pada penguatan nalar juga perlu ditekankan di sekolah-sekolah agar generasi mendatang mampu membedakan antara yang realistis dan yang tidak.

Fenomena seperti Gua Safarwadi menunjukkan bagaimana tradisi dan kepercayaan masih memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dakwah dan pendidikan yang berimbang agar spiritualitas tetap terjaga tanpa mengabaikan rasionalitas.