METRUM.ID – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mengeluarkan pernyataan kontroversial yang meminta Ukraina untuk mengembalikan dana bantuan militer yang telah diberikan oleh AS selama konflik dengan Rusia. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS, dengan Trump menunjukkan pendekatan yang lebih condong ke Rusia dan kurang memperhatikan aliansi tradisional dengan Ukraina dan negara-negara Eropa lainnya.
Pernyataan Trump
Dalam pidatonya di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) pada Sabtu, 22 Februari 2025, Trump menyatakan keinginannya untuk mendapatkan kembali dana yang telah disalurkan ke Ukraina. Dia mengusulkan agar Ukraina memberikan kompensasi dalam bentuk akses ke sumber daya mineral dan minyak sebagai imbalan atas bantuan yang telah diberikan. Trump menegaskan, “Saya mencoba mendapatkan uang itu kembali atau setidaknya menjaminkan nya. Saya ingin mereka memberi kita sesuatu sebagai imbalan atas semua dana yang telah kita berikan.”
Permintaan Trump mencakup kompensasi sebesar 500 miliar dolar AS dalam bentuk mineral langka dan sumber daya lainnya. Jumlah ini jauh melebihi total bantuan yang telah diberikan AS kepada Ukraina sejak awal invasi Rusia. Menurut laporan AFP, Presiden ke-46 AS Joe Biden telah memberikan Ukraina lebih dari 500 miliar dollar AS (Rp 8.157 triliun) dalam bantuan militer sejak invasi Rusia.
Reaksi dan Sikap Ukraina
Pemerintah Ukraina, melalui seorang narasumber yang tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa Presiden Volodymyr Zelensky belum siap untuk menandatangani kesepakatan seperti yang diajukan oleh Trump. Kyiv menekankan perlunya jaminan keamanan yang lebih konkret sebelum menyetujui kesepakatan semacam itu. Narasumber tersebut menyatakan, “Kerja sama macam apa ini? Mengapa kami harus memberikan 500 miliar dolar AS? Tidak ada jawaban.”
Zelensky juga menekankan bahwa Ukraina tidak ingin membebani generasi mendatang dengan utang yang besar dan menegaskan pentingnya mendapatkan jaminan keamanan sebagai bagian dari kesepakatan apa pun. Dia menyatakan, “Saya tidak ingin menandatangani sesuatu yang akan dibayar oleh 10 generasi Ukraina ke depan.”
Di sisi lain, Presiden Zelensky mengkritik dikesampingkannya Ukraina dari pembicaraan antara AS dan Rusia yang bertujuan mengakhiri perang. Dia menekankan bahwa negosiasi yang tidak melibatkan Ukraina tidak memiliki legitimasi dan menegaskan bahwa rakyat Ukraina adalah yang paling terdampak oleh konflik ini.
Permintaan Trump agar Ukraina mengembalikan dana bantuan militer menandai pergeseran signifikan dalam kebijakan luar negeri AS. Pendekatan ini tidak hanya menimbulkan ketegangan antara Washington dan Kyiv tetapi juga mempengaruhi dinamika hubungan transatlantik. Negara-negara Eropa, yang telah berkomitmen mendukung Ukraina, kini dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan persatuan dan komitmen mereka di tengah perubahan sikap dari sekutu utama mereka.
Selain itu, langkah ini dapat memberikan keuntungan strategis bagi Rusia, yang selama ini menghadapi tekanan internasional akibat invasinya ke Ukraina. Dengan berkurangnya dukungan AS kepada Ukraina, Rusia mungkin merasa memiliki ruang lebih untuk manuver tanpa khawatir akan intervensi signifikan dari Barat.