METRUM.ID – Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Paseban Tri Panca Tunggal dan masyarakat Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pangeran Djatikusuma, yang dikenal dengan panggilan hangat Rama Djati, telah berpulang, Jumat (16/5/2025).
Rama Djati wafat di usia 93 tahun, bukan hanya seorang tokoh penghayat kepercayaan di Cigugur, tetapi juga seorang guru kehidupan yang selalu mendorong setiap orang untuk tak lelah belajar, bertanya, dan menggali makna sejati hidup.
“Betul Kang, beliau meninggalkan kita semua sekitar jam 10.10 WIB,” kata Oki Satria yang juga menantu almarhum Rama Djati saat dikonfirmasi melalui sambungan selulernya, Jum’at (16/5/2025).
Sebelum wafatnya Rama Djati, kata Oki, segenap kelurga dan keturunannya, mendapat wejangan serta nasihat.
“Ya, sebelum meninggal, kami mendapat wejangan dari beliau. Di antaranya, tetap harus menjaga kerukunan, melestarikan budaya berbasis kebhinekaan,” ujar Oki.
Dia menambahkan bahwa untuk upacara pemakaman masih menjadi perbincangan internal keluarga.
Semasa hidup, Rama Djati banyak mengajarkan pentingnya mengejar kekayaan batin kebijaksanaan, ketulusan, dan rasa syukur di atas segala bentuk kekayaan materi.
Dalam pandangannya yang mendalam tentang upacara Seren Taun, Rama Djati menyampaikan banyak inti dari tradisi tersebut. Bukan hanya sebagai bentuk syukur dan permohonan berkah, tetapi juga sebagai cara untuk menjaga warisan luhur para leluhur dan memperkuat akar budaya bangsa melalui kearifan lokal.
Kepergian tokoh Sunda Wiwitan ini meninggalkan ruang yang hening namun penuh makna. Meski raganya telah tiada, pesan dan nilai yang diwariskannya akan terus hidup, menjadi suluh bagi generasi penerus.