PENDIDIKAN

Peserta Membludak! 75+ Mahasiswa Hadiri PDO FMN Kupang untuk Bedah Krisis Pemuda

×

Peserta Membludak! 75+ Mahasiswa Hadiri PDO FMN Kupang untuk Bedah Krisis Pemuda

Sebarkan artikel ini
Front Mahasiswa Nasional Cabang Kupang, Ranting Universitas Muhammadiyah Kupang, (Foto : FMN UMK).
Front Mahasiswa Nasional Cabang Kupang, Ranting Universitas Muhammadiyah Kupang, (Foto : FMN UMK).

METRUM.ID – Pendidikan semakin mahal, akses semakin sulit, dan lulus kuliah tak menjamin masa depan yang cerah. Kenyataan inilah yang dibongkar habis-habisan dalam Pendidikan Dasar Organisasi (PDO) Akbar yang digelar Front Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Kupang, Ranting Universitas Muhammadiyah Kupang, Sabtu (15/3/2025).

Acara ini mencatat sejarah dengan 52 peserta, jumlah terbesar dalam PDO sebelumnya. Semangat perlawanan semakin membara dengan hadirnya dua pemateri utama:

Tiara, yang membahas “Pemuda dan Problem Pokoknya”, menelanjangi realitas pahit yang dihadapi generasi muda hari ini.

Alvin, yang membahas “Front Mahasiswa Nasional”, mengajak mahasiswa untuk bersatu dan bergerak dalam organisasi perjuangan.

Pendidikan: Hak atau Dagangan?

FMN menilai bahwa pendidikan hari ini telah kehilangan rohnya sebagai hak rakyat. Alih-alih menjadi sarana mencerdaskan, pendidikan kini diprivatisasi, dikomersialisasi, dan diliberalisasi.

Ketua FMN Ranting UMK, Tiara Mau, menegaskan bahwa kondisi ini bukan sekadar kebetulan, melainkan bagian dari sistem yang sengaja dibuat untuk menjauhkan rakyat dari akses pendidikan berkualitas.

“Dulu, pendidikan dibangun untuk mencerdaskan rakyat. Sekarang? Pendidikan justru menjadi alat bisnis. Biaya semakin mahal, kualitas semakin menurun, dan orientasinya bukan lagi membangun kesadaran kritis, tapi sekadar mencetak tenaga kerja murah bagi industri!” tegasnya.

Bagi FMN, ini bukan sekadar masalah akademik, tapi persoalan serius yang menyangkut masa depan rakyat. Jika pendidikan terus dibiarkan berada di tangan segelintir elit yang hanya mengejar keuntungan, maka mahasiswa dan generasi muda tak lebih dari produk industri yang siap dieksploitasi.

Pemuda dalam Jeratan Pendidikan dan Pekerjaan

Selain membahas krisis pendidikan, PDO ini juga menyoroti dua problem utama yang menjerat pemuda saat ini: pekerjaan dan pendidikan.

“Bayangkan, kita dipaksa bayar mahal untuk kuliah, tapi setelah lulus kita tetap harus berjuang mati-matian mencari kerja dengan upah yang jauh dari layak. Kalau begini terus, sampai kapan kita bisa lepas dari lingkaran ini?” ujar Tiara.

FMN menekankan bahwa sudah saatnya mahasiswa dan pemuda membuka mata, memahami akar masalah, dan bersatu dalam gerakan yang lebih besar. Pendidikan tidak boleh hanya jadi alat industri, dan pemuda tidak boleh hanya jadi penonton dalam sistem yang menindas mereka.

“Kita harus bergerak! Pendidikan bukan sekadar soal masuk kuliah dan dapat gelar, tapi tentang bagaimana kita bisa mengubah kondisi yang menindas ini. Tidak ada perubahan tanpa perjuangan, dan tidak ada perjuangan tanpa kesadaran!” tambahnya.

Respon Peserta dan Langkah Selanjutnya

Diskusi dalam PDO ini berlangsung panas dan penuh semangat. Peserta tak hanya menyimak, tapi juga aktif menanggapi, mengajukan pertanyaan, hingga menyepakati bahwa sistem pendidikan hari ini memang telah jauh dari cita-cita awalnya.

Namun, ini baru awal. FMN telah menyiapkan tahapan pendidikan lanjutan, mulai dari Pendidikan Menengah Organisasi (PMO), Pendidikan Lanjutan Organisasi (PLO), hingga kursus khusus dan pendidikan perempuan.

Tiara menutup acara dengan sebuah pesan yang menggugah:

“Mau sampai kapan kita terus jadi korban? Kesadaran saja tidak cukup. Kita harus bergerak, bersatu, dan berjuang! Karena sejarah selalu berpihak pada mereka yang berani melawan!”

PDO Akbar ini menjadi bukti bahwa semakin banyak mahasiswa yang mulai sadar dan siap melawan sistem pendidikan yang tidak adil. Perjuangan belum selesai—dan FMN siap berada di garis depan!***