REGIONAL

Pesona Nasi Kaget: Kudapan Lezat dari Lembah Colol dan Bunga Abadi di Puncak Poco Nembu

×

Pesona Nasi Kaget: Kudapan Lezat dari Lembah Colol dan Bunga Abadi di Puncak Poco Nembu

Sebarkan artikel ini
Tumpeng nasi kaget. Foto: Istimewa

METRUM.ID – Sore itu terdengar salak anjing dari kejauhan membelah kabut tebal yang membentang menyelimuti lembah Colol. Di ujung barat nampak mentari setengah tenggelam. Semburat orangenya terpancar memenuhi kawasan kampung Colol dan sekitarnya. Ratusan lampu LED menyala terang dari rumah-rumah warga. Beberapa orang nampak baru pulang dari ladang dan sawah. Bapak-bapak memikul kayu api kadang sebuntalan kopi. Ibu-ibu memikul keranjang-keranjang yang disebut roka/weol. Isinya macam-macam, ubi-ubian, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain. Tapi tak jarang pula mereka pulang tanpa membawa apa-apa. Di halaman, anak-anak yang sedari tadi bermain mulai bubar satu per satu menghentikan permainannya. Para pemuda mulai berjubel di kios-kios atau tempat biasanya nongkrong. Satu dua batang rokok mulai mereka bakar dan sulut dalam-dalam. Asapnya mengepul menerobos dinginnya cuaca malam itu. Sementara itu beberapa orang dari mereka mulai menjerang air untuk membuat kopi. Perbincangan santai sepanjang malam itu sepertinya akan seru. Sekilas begitulah potret suasana Kampung Colol. Damai, tenang, dan asyik.

Senja yang ranum itu segera sirna oleh datangnya malam yang menghantar setiap warga Colol untuk segera beranjak ke tempat tidur masing-masing. Meringkus dalam hangatnya selimut dan pelukan suami/istri.

Pada keesokan harinya, saya bersama rekan dan beberapa warga kampung berpetualang ke Puncak Poco Nembu. Menyaksikannya cantiknya Sang Bunga Abadi. Edelweis. Sembari menikmati pentas alam dan budaya lembah Colol dari atas sana.

Poco Nembu sendiri adalah salah satu puncak dari deretan pegunungan Mandaosawu yang membentang dari Ruteng, Manggarai sampai di Lamba Leda Timur, Manggarai Timur. Perjalanan ke Puncak Poco Nembu dapat diakses melalui beberapa jalur. Pertama melalui kampung Colol.  Jalur ini cukup panjang. Namum landai. Cocok buat orang-orang yang lututnya tidak kuat mendaki. Sepanjang jalan kita menyusuri kebun-kebun kopi. Melewati beberapa sungai dan  persawahan. Dibutuhkan waktu kurang lebih sekitar 30 – 60 menit agar bisa sampai puncak. Jalur kedua adalah melalui Kampung Ngkiong. Jalur ini sangat singkat. Namun cukup ekstrim sebab kita harus melewati jalan yang mendaki dan curam. Memanjat batu-batu cadas dan licin. Apalagi jika musim penghujan tiba. Sebaiknya jangan memilih jalur ini. Singkat tapi berbahaya.

Di puncak Poco Nembu belasan bahkan puluhan bunga abadi Edelweis bermekaran.  Pemandangan dari Poco Nembu merupakan pemandangan alam terbaik yang ada di Manggarai. Dari sana kita bisa memandang ke empat arah mata angin wilayah dataran tinggi dan dataran rendah bahkan hingga ke Laut Sawu. Hal inilah yang mengilhami nenek moyang orang Manggarai  memberikan nama Mandusawu pada gugus pegunungan ini, Mandu: Puncak, tempat melihat ke bawah dan Sawu: Nama laut di pantai selatan Flores.

Edelweis adalah bunga endemik yang dapat ditemukan di berbagai pegunungan tinggi di Indonesia. Bunga edelweis adalah jenis bunga yang tumbuh di daerah pegunungan dengan iklim ekstrem. Bunga ini juga ditemukan di beberapa pegunungan di Eropa, terutama di Pegunungan Alpen. Nama ilmiah edelweis adalah Leontopodium alpinum. Bunga ini memiliki ciri khas berupa kelopak putih berbulu yang berbentuk seperti bintang, dengan pusat berwarna kuning keemasan. Bunga ini memiliki adaptasi khusus yang memungkinkannya bertahan di lingkungan yang dingin dan berbatu.

Selain ditemukan di Pegunungan Alpen di Eropa, bunga edelweis jenis lain juga ditemukan di beberapa bagian bumi yang lain seperti di pegunungan di Pulau Jawa dikenal dengan nama Anaphalis javanica.

Fakta Unik Bunga Edelweis

Berikut adalah fakta unik tentang bunga edelweis. Nama ilmiah bunga edelweis adalah Leontopodium alpinum. Istilah Leontopodium berasal dari bahasa Yunani yang berarti “kaki singa,” merujuk pada rambut putih berbulu di sekitar bunga yang menyerupai bulu singa. Sementara itu, alpinum mengacu pada habitat bunga ini di pegunungan.

Bunga edelweis terkenal karena daya tahan dan ketangguhannya dalam kondisi ekstrem. Bunga ini dapat bertahan di lingkungan yang keras, seperti suhu dingin, tekanan rendah, dan radiasi ultraviolet yang kuat di pegunungan. Bunga edelweis sulit untuk dipetik karena tumbuh di lokasi yang sulit dijangkau, seperti lereng curam atau batu-batu gunung yang terjal. Proses pemetikannya memerlukan pendakian yang berbahaya dan menantang.

Dalam sejarah Romawi kuno, Julius Caesar dikenal sangat mengagumi bunga ini. Menurut legenda, Caesar percaya bahwa bunga edelweis memiliki kekuatan penyembuhan dan bahkan menggunakannya untuk merawat pasukan Romawi yang terluka.

Bunga edelweis sering dianggap sebagai simbol cinta mendalam dan keberanian tak tergoyahkan. Dalam berbagai budaya, bunga ini sering diberikan sebagai tanda kasih sayang atau hadiah untuk mengungkapkan perasaan cinta yang tulus.

Bunga edelweis telah lama menjadi sumber inspirasi dalam seni dan budaya. Dalam lukisan, puisi, lagu, dan film, bunga ini sering digambarkan sebagai simbol kecantikan langka dan keabadian, mencerminkan keindahan alam pegunungan.

Bunga edelweis sering dikaitkan dengan kegiatan penjelajahan pegunungan. Para pendaki sering mencarinya sebagai tanda pencapaian dan keberhasilan dalam mendaki gunung yang sulit. Edelweis melambangkan semangat petualangan dan keberanian dalam menjelajahi alam liar.

Pesona Nasi Kaget

Bagian menyusahkan dari mendaki gunung adalah saat turun. Banyak orang mengamini pernyataan itu. Alasannya pun macam-macam. Namun hal itu sepertinya tidak berlaku di Poco Nembu. Saat anda turun. Apalagi menjelang senja, di Kampung dan pemukiman warga anda akan disuguhkan dengan nasi kaget. Orang luar menyebut kudapan khas lembah Colol ini dengan nasi kaget. Nama aslinya adalah Da’ul. Bahan dasarnya adalah keladi, atau singkong atau ubi jalar yang direbus. Kemudian ditaburi garam atau gula lalu ditumbuk menjadi semacam adonan. Perihal nama nasi kaget ternyata karena keladi, Singkong, ubi jalar rebus yang sebelumnya berbentuk tiba-tiba berubah menjadi adonan. Setelah ditumbuk. Ada sensasi kaget di sana.

Membuat daul tidak memerlukan keterampilan khusus. Seperti yang dijelaskan di atas alat dan bahannya mudah di dapat. Apalagi jika anda memiliki kebun sendiri yang mana bisa membudidayakan ubi jalar, singkong, atau keladi.

Bagi warga lembah colol, daul biasanya dihidangkan saat sore hari bersama kopi pahit khas lembah colol. Tentu ini adalah sebuah potensi besar bagi wisata kuliner Manggarai Timur umumnya dan kawasan lembah Colol itu sendiri khususnya. Peluang bisnis terbuka lebar dihadapan warga Lembah Colol.

Akhirnya saya berkesimpulan bahwa di negeri ini yang sedari dulu dijuluki sebagai kepingan surga yang jatuh ke bumi ini masih begitu banyak kekayaan alam dan budaya yang belum terekspos yang berpotensi menjadi destinasi wisata. Seperti di kawasan lembah Colol ini contohnya. Oleh karena itu alangkah baiknya setiap orang siapa saja itu, getol dan gencar mempromosikan semua ini kepada khalayak umum dengan cara yang arif dan bijak sembari menjaga dan mengawasinya agar tidak disalahgunakan demi kepentingan pribadi/kelompok.