PENDIDIKAN

Tingkatkan Literasi Siswa: SDI Lao Adakan Bimbingan Belajar Khusus

×

Tingkatkan Literasi Siswa: SDI Lao Adakan Bimbingan Belajar Khusus

Sebarkan artikel ini
Sekolah Dasar Inpres (SDI) Lao di Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai menerapkan kebijakan bimbingan belajar khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis ( Dokumentasi Elisabet Yovita Jau, S.Pd)
Sekolah Dasar Inpres (SDI) Lao di Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai menerapkan kebijakan bimbingan belajar khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis ( Dokumentasi Elisabet Yovita Jau, S.Pd)

 

METRUM.ID – Sekolah Dasar Inpres (SDI) Lao di Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai menerapkan kebijakan bimbingan belajar khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis.

Kepala SDI Lao, Elisabet Yovita Jau, S.Pd, menjelaskan bahwa kebijakan ini diterapkan sejak tahun ajaran 2021-2022 pasca-pandemi Covid-19. Keputusan ini diambil karena masih banyak siswa yang belum lancar membaca dan menulis, terutama di kelas rendah. Faktor utama yang mempengaruhi kondisi ini adalah latar belakang keluarga siswa.

“Sebagian besar orang tua siswa memiliki tingkat pendidikan rendah, bahkan ada yang tidak tamat SD. Selain itu, banyak orang tua sibuk bekerja sebagai petani sehingga kurang memperhatikan perkembangan belajar anak di rumah,” Ungkap Elisabet Yovita Jau, S. Pd dalam wawancara dengan METRUM.ID melalui via Whatsapp pada Sabtu (8/2/2025).

Ia juga menambahkan bahwa perhatian orang tua terhadap pendidikan anak sangat beragam. Ada yang mendukung penuh, tetapi ada juga yang kurang peduli, bahkan memanjakan anaknya. Hal ini berdampak langsung pada kemampuan belajar siswa di sekolah, terutama dalam hal membaca dan menulis.

Sebagai langkah awal, SDI Lao melakukan pemetaan terhadap kemampuan membaca dan menulis siswa dari kelas 1 hingga kelas 5. Hasil pemetaan ini digunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya:
1. Siswa dengan kemampuan baik mendapatkan pengayaan tambahan.
2. Siswa dengan kemampuan sedang diberikan bimbingan remedial secara klasikal di dalam kelas.
3. Siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis mendapatkan bimbingan khusus oleh guru secara lebih intensif.

“Setelah mengetahui jumlah siswa yang kesulitan membaca dan menulis, kami membagi tugas kepada seluruh guru, termasuk saya sendiri. Rata-rata setiap guru membimbing dua hingga tiga siswa secara khusus,” ujar Elisabet Yovita Jau, S.Pd.

Bimbingan ini dilakukan setelah jam pelajaran usai dengan durasi satu jam. Untuk kelas 1 dan 2, bimbingan berlangsung setiap hari pukul 11.15–12.15. Sedangkan untuk kelas 3 hingga 5, bimbingan diberikan setiap Jumat dan Sabtu, masing-masing pukul 11.15–12.15 dan 11.30–12.40.

Para guru menggunakan berbagai metode dan teknik dalam bimbingan ini, disesuaikan dengan tingkat kesulitan masing-masing siswa. “Untuk kelas 1 dan 2, metode yang digunakan lebih menekankan pada pembelajaran membaca permulaan. Sedangkan untuk kelas 4 dan 5, tekniknya disesuaikan dengan tingkat kesulitan siswa agar lebih efektif,” jelasnya.

Setiap bulan, dilakukan pemantauan untuk mengevaluasi perkembangan siswa. Selain itu, refleksi dan evaluasi menyeluruh dilakukan setiap akhir semester.

Dalam pelaksanaannya, kebijakan ini menghadapi beberapa tantangan, salah satunya adalah beban kerja guru yang bertambah. “Selain mengajar sesuai jadwal, guru juga harus meluangkan waktu ekstra untuk membimbing siswa yang kesulitan membaca dan menulis,” kata Elisabet Yovita Jau, S.Pd.

Tantangan lainnya adalah sikap siswa yang beragam. “Ada siswa yang tekun mengikuti bimbingan, tetapi ada juga yang malas dan kurang termotivasi, sehingga hasil belajarnya tidak optimal,” tambahnya.

Bimbingan ini dilakukan di berbagai tempat, seperti ruang kelas, perpustakaan, atau ruang guru, tergantung pada kenyamanan siswa dan guru. “Saat bimbingan berlangsung, siswa yang tidak ikut bimbingan tidak diperbolehkan berada di lokasi tersebut agar suasana tetap kondusif,” jelasnya.

Melalui program ini, Elisabet Yovita Jau, S.Pd berharap tidak ada lagi siswa SDI Lao yang lulus tanpa bisa membaca dan menulis dengan lancar. “Kami ingin memastikan bahwa setiap lulusan SDI Lao memiliki kemampuan literasi yang baik, sehingga mereka dapat mengikuti jenjang pendidikan berikutnya tanpa hambatan,” pungkasnya.

Dengan dedikasi para guru dan dukungan sekolah, program bimbingan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa serta menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi masa depan.