Oleh: Sandryaka Harmin
METRUM.ID – Manggarai adalah sebuah daerah yang terletak di ujung barat Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kini Manggarai terbagi atas tiga kabupaten yaitu Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat, dan Kabupaten Manggarai Timur. Dari segi topografı, Manggarai adalah daerah yang berbukit, bergunung dan sebagiannya dataran (padang). Manggarai tergolong iklim kering. Menurut Verheijen, Manggarai mempunyai kebudayaan agraris, sehingga hampir pasti bahwa semua masyarakat Manggarai bermata pencaharian sebagai petani di ladang atau di sawah.
Suku Manggarai kaya akan adat istiadat dan kebudayaan. Hal itu terbukti bahwa semenjak seorang Manggarai dalam kandungan unsur adat dan kebudayaan sudah turut andil bahkan berperan penting hingga orang tersebut berproses dalam kehidupan sampai ke liang lahat. Bahkan masih berlanjut dalam bentuk kepercayaan terhadap roh- roh orang yang sudah meninggal (empo) dan wujut tertinggi yang biasa mereka sebut Mori Kraeng, Mori Jari Agu Dedek Awang Etan Tana Wa Par Awon Kolep Salen, Mori Ngaran.
Adat istiadat tersebut mengental dalam berbagai bentuk Kebudayaan Manggarai. Terdapat songke yaitu kain tenun hasil keterampilan budaya kerajinan tangan Masyarakat Manggarai. Dalam dialeg umum di Manggarai kain tenun tersebut dikenal sebagai lipa/towe songke. Towe/lipa songke adalah sarung yang dikenakan pria dan wanita Manggarai. Biasanya dipakai pada waktu acara adat, acara penting atau dalam keseharian. Tidak semua orang Manggarai terutama kaum hawa bisa menenun kain songke. Menenun kain songke adalah suatu keterampilan khusus.
Adapun warna dasar kain songke adalah hitam (miteng/neni). Namun, seiring perkembangan zaman, warna lain juga bisa digunakan sebagai warna dasar. Kain songke ini dihiasi dengan motif-motif tertentu yang dipadu dengan berbagai jenis warna seperti putih (bakok), merah (ndereng, wara), hijau (ta’ak), kuning (milos), dan lain-lain. Adapun motif-motif tersebut antara lain; gambar-gambar bunga (wela kaweng), gambar-gambar binatang (ranggong), gambar-gambar rumah adat (mbaru gendang), dan terkadang gambar-gambar manusia (penari caci). Terdapat juga bagian yang disebut jok yakni batas/tepi dari suatu potong kain songke. Pada jok ini dihiasi oleh banyak warna yang menarik.
Di Manggarai terdapat sejumlah daerah penghasil lipa/towe songke dan sederet kerajinan lainnya. Masing-masing daerah tersebut ternyata memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya terhadap kain songke. Daerah-daerah tersebut antara lain; Todo, Cibal, Lamba Leda, Rembong dan Congkar.
Songke Todo
Kain tenun Todo ini memiliki beragam warna. Warna merah mendominasi dan bahkan ciri khas kain tenun ini. Karena kekhasan itu songke Todo menjadi berbeda dan unik dari wilayah Manggarai raya bahkan flores. Jika pun ada warna hijau, kuning atau hitam bahkan orange wama-warna itu tidak lebih menjadi pelengkap agar elok untuk dipandang. Meski demikian pemberian warna itu tidak semata atas dasar estetika melainkan terkandung pesan filosofis dan jejak sejarah di baliknya.
Beberapa sumber menyebutkan kain songke Todo adalah buah dari persentuhan yang berulang antara kain tenun Bajo, Bugis Makasar, dan Bima. Benar atau tidak prihal ini perlu dikaji lebih dalam lagi.
Songke Cibal
Ciri khas Songke Cibal adalah memiliki banyak motif yang dipadu oleh warna-warna menarik. Songke Cibal masih mempertahankan warna hitam sebagai warna dasarnya. Selain itu kain yang digunakan pada songke asal kabupaten Manggarai ini sedikit lebih tipis dibanding kain songke dari daerah lain di Manggarai Raya. Adapun motif yang sering ditemukan dalam kain songke Cibal antara lain motif ceka tupat yang menggambarkan rasa syukur masyarakat Manggarai atas semua kelimpahan rejeki, kesehatan dan kesejahteraan yang diterimanya. Ada juga motif jok yang mengangkat vertical (tongkeng) antara manusia dengan Tuhan dan hubungan horisontal (Labang) antara manusia dengan sesama serta alam sekitar dan sedereta motif lain yang umumnya ditemukan juga di kain songke lain di Manggarai Raya.
Songke Lamba Leda
Tenunan ini berasal dari Kecamatan Lamba Leda, Manggarai Timur. Pada kain tenun ini terdapat beberapa gambar atau motif yang memiliki makna berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di Manggarai Timur umumnya, khususnya di wilayah Lamba Leda. Yaitu; 1) Jok melambangkan rumah gendang atau rumah adat Manggarai Timur; 2) Wela Runus: salah satu bunga berukuran kecil yang tumbuh di Manggarai Timur. 3) Wela Ngkaweng. Salah satu bunga berukuran agak besar yang memiliki keunikan: satu kuntum bunga terdiri atas beragam warna. 4) Mata Manuk. melambangkan mata Tuhan. Berbentuk ruit. 5) Titian melambangkan jembatan atau penghubung. 6) Sui/garis pembatas: melambangkan kehidupan masyarakat Manggarai Timur yang dibatasi oleh aturan adat-istiadat. 7) Natas/Punca, selalu berada di bagian depan sarung jok Lamba Leda yang melambangkan bahwa natas (halaman kampung) selalu berada di tengah-tengah kampung dan berfungsi sebagai tempat bermain anak- anak dan beragam aktifitas lain.
Songke Rembong
Berasal dari Kecamatan Elar, Manggarai Timur. Tenunan ini memiliki corak gambar yang agak berbeda dengan tenun songke Lamba Leda dan Congkar. Corak Tenunan ini hanya terdiri dari garis vertikal dan horisontal dan bunga-bunga dalam garis. Natas menjadi satu-satunya corak yang sama dengan tenun Songke Lamba Leda.
Songke Congkar
Kain tenun ini berasal dari wilayah Kecamatan Rampas, Manggarai timur. Tenunan ini memiliki beberapa gambar yang sama dengan songke Lamba Leda, seperti mata manuk, wela runus, wela kaweng, jok dan titian. Sedangkan beberapa gambar lain seperti bintang, garis komando, garis pemisah; menjadi ciri khas tersendiri bagi Songke Congkar.
Penutup
Indonesia merupakan negara kaya akan budaya. Mulai dari kuliner, tarian hingga kain tradisional. Kain tradisional dari berbagai daerah dengan karakteristik tersendiri membuktikan bahwa Indonesia kaya akan keberagaman.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah menetapkan sebanyak 33 jenis kain tradisional sebagai warisan budaya. Batik salah satunya yang sudah popular hingga di level mancanegara. Namun yang tidak kalah populernya adalah adanya kain songke. Songke adalah tenun khas masyarakat Manggarai di NTT. Di balik tenun songke yang cantik itu tersimpan banyak pesan filosofis dan jejak sejarah Masyarakat Manggarai khususnya dan Flores umumnya.
Songke adalah kisah tentang kasih ibu yang memberi kehangatan kepada yang dicintainya. Seorang Ibu dengan hati yang tulus, menenun dengan telaten dan cekatan dalam ikatan budaya yang kental. Songke juga adalah kisah tentang nilai-nilai luhur yang selalu menyertai hidup manusia.