Handrisius Grodus
Cahaya yang Menuntunku Pulang
Aku adalah domba yang mencari gembala,
terjerat sunyi di rimba dunia,
menyebut nama-Mu dalam luka,
namun tak pernah mengetuk pintu-Mu.
Sakit merambat di urat tubuh,
menyelimuti nafasku yang ringkih,
di batas lemah dan putus asa,
Engkau mengutus tangan kasih.
Seorang pelita iman datang menyapa,
bukan sekadar manusia,
tetapi cahaya dalam ragu,
bisiknya lembut: “Tuhan telah merencanakan ini untukmu.”
Tangannya adalah jembatan harapan,
menuntunku melewati gelap,
menyadarkan bahwa kasih-Mu
tak pernah pudar meski aku menjauh.
Dan aku tersentak dalam diam,
seakan langit membuka kisah,
betapa Engkau tak pernah jauh,
betapa Engkau selalu menunggu.
Di hari ketiga, doa mengalun,
melewati bibir sang penjaga altar,
bukan hanya untuk yang terbaring di sampingku,
tetapi untuk jiwaku yang lama sunyi.
Aku pun bersimpuh dalam pengakuan,
menyerahkan beban yang kulupa rasanya,
dan dalam embun pengampunan dan harapan aku merasa pulang ke rumah-Mu.
Kini, aku bukan lagi domba yang tersesat,
tetapi yang pulang ke pangkuan kasih,
digiring oleh tangan-Mu yang lembut,
menuju terang yang tak berkesudahan.
Aku kembali, Tuhan, dalam dekapan-Mu,
di bawah sinar kasih yang abadi.