METRUM.ID – Kemajuan teknologi informasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam penggunaan media massa. Kini, siapa pun dapat dengan mudah mengakses dan menyebarkan informasi dalam hitungan detik. Namun, tanpa diiringi kesadaran akan etika dan moral, media massa dapat berubah menjadi alat yang merugikan, baik bagi individu maupun masyarakat luas.
Di tengah derasnya arus informasi, isu penyebaran berita hoaks, pencemaran nama baik, hingga penyalahgunaan data pribadi semakin sering terjadi. Risel Tusi, seorang mahasiswa hukum Universitas Muhammadiyah Kupang, menilai bahwa kurangnya edukasi dan pengawasan menjadi faktor utama maraknya penyalahgunaan media massa. “Di era digital ini, masyarakat perlu dibekali dengan pemahaman tentang bagaimana menggunakan media secara bijak. Edukasi dan regulasi yang lebih ketat sangat diperlukan agar tidak ada lagi kasus-kasus yang merugikan banyak orang,” ujarnya.
Ketika Media Menjadi Alat Perusak Nama Baik
Salah satu kasus yang sering terjadi adalah pencurian identitas dan penyebaran informasi tanpa izin. Risel menceritakan pengalaman kerabat terdekatnya yang menjadi korban penyalahgunaan media sosial. “Foto-fotonya diambil dari akun Facebook pribadinya, lalu disebarkan oleh akun palsu yang dibuat oleh orang tak dikenal. Akun itu bukan hanya meresahkan, tetapi juga mencemari nama baiknya. Ia bahkan merasa malu dengan lingkungan sekitarnya, tetapi tidak tahu harus mengambil tindakan apa,” ungkapnya.
Fenomena ini menunjukkan betapa mudahnya seseorang menjadi korban penyalahgunaan media, sementara pelaku sering kali lolos dari sanksi hukum. Banyak korban memilih diam karena kurangnya pemahaman hukum dan sulitnya prosedur hukum yang harus ditempuh untuk mendapatkan keadilan.
Pentingnya Pengawasan dan Sanksi yang Lebih Tegas
Untuk mengatasi persoalan ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan. Risel menekankan perlunya pengawasan yang lebih ketat dari Kementerian Informasi dan Teknologi serta lembaga terkait lainnya. “Kasus pencemaran nama baik dan penyebaran hoaks semakin meningkat. Jika tidak ada langkah konkret dari pemerintah, hal ini akan semakin sulit dikendalikan,” tambahnya.
Selain itu, sanksi yang lebih tegas bagi pelaku penyalahgunaan media harus diterapkan agar menimbulkan efek jera. Jika aturan hukum bisa ditegakkan dengan baik, masyarakat akan lebih berhati-hati dalam menggunakan media dan tidak sembarangan menyebarkan informasi tanpa dasar yang jelas.
Kesadaran Kolektif untuk Media yang Lebih Sehat
Media massa seharusnya menjadi alat untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat, bukan sebagai sarana untuk merusak nama baik seseorang. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran kolektif dari seluruh elemen masyarakat agar media digunakan secara bertanggung jawab.
Pemerintah, akademisi, dan masyarakat harus berkolaborasi dalam menciptakan ekosistem media yang lebih sehat. Dengan penguatan regulasi, edukasi yang masif, serta sanksi yang lebih tegas, diharapkan penyalahgunaan media dapat diminimalisir dan media massa dapat kembali menjadi sumber informasi yang terpercaya dan bermanfaat bagi semua. ***