Oleh Adi Riadi Firmansyah, A.Md.Par (Arsitek & Tokoh Pemuda Kota Tasikmalaya)
Menyikapi kerap terjadinya banjir di Kota Tasikmalaya, sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, khususnya pemerintah. Dalam penanganannya, diperlukan pendekatan komprehensif dan berkelanjutan, karena penyebabnya biasanya kombinasi antara sistem drainase buruk, tata kota yang tidak ramah air, dan perubahan iklim.
Banjir di Kota Tasikmalaya telah menjadi persoalan serius yang perlu mendapatkan prioritas perhatian. Mengingat banjir kerap menerjang beberapa titik vital yang menjadi denyut nadi Kota Tasikmalaya. Selain itu, dampaknya juga sangat nyata bagi masyarakat; menghambat mobilitas hingga akan berdampak pada perekonomian.
Kiranya, saya selaku orang yang memiliki disiplin ilmu yang berkaitan dengan hal ini merasa terpanggil untuk memberikan pandangan. Di samping kiprah saya selaku Ketua DPC XTC Kota Tasikmalaya, ormas yang bergerak di bidang kreativitas serta profesi saya sebagai pengajar salah satu SMK di Kota Tasikmalaya.
Dengan keilmuan arsitektur yang saya pelajari, ada beberapa cara penanganannya:
1. Perbaikan Infrastruktur Drainase
• Normalisasi dan pelebaran saluran air: sungai atau saluran yang menyempit diperlebar atau dikeruk agar aliran lancar.
• Pembuatan sumur resapan dan kolam retensi: menampung air hujan agar tidak langsung masuk ke drainase.
• Perawatan berkala: membersihkan saluran air dari sampah dan sedimentasi.
2. Tata Kota Berbasis Lingkungan
• Mengurangi lahan kedap air: misalnya, lebih banyak taman atau trotoar berpori.
• Melindungi daerah resapan air: seperti hutan kota dan ruang terbuka hijau.
• Pembangunan tidak menutup saluran air alami: menghindari membangun di atas sungai kecil, rawa, atau bantaran sungai.
3. Teknologi & Sistem Peringatan Dini
• Sensor ketinggian air dan CCTV: untuk pantau potensi banjir.
• Aplikasi atau SMS peringatan dini: memberi tahu warga sebelum banjir datang.
• Pompa air otomatis di titik-titik rawan banjir.
4. Edukasi dan Partisipasi Warga
• Sosialisasi buang sampah pada tempatnya
• Kerja bakti bersih saluran air rutin
• Warga diajak membuat biopori/sumur resapan di rumah masing-masing
5. Penataan Permukiman Rawan Banjir
• Relokasi warga dari wilayah rawan banjir ke tempat yang lebih aman
• Program rumah susun/hunian vertikal untuk mengurangi kepadatan di bantaran sungai