SASTRA

Jatuh Cinta

×

Jatuh Cinta

Sebarkan artikel ini
https://metrum.id/Handrisius
https://metrum.id/Handrisius

Oleh: Sandryaka Harmin

METRUM.ID – Jika jatuh cinta adalah meregang nyawa maka aku ingin mati berkali-kali. Sering sekali saya menjumpai kalimat seperti itu di banyak tempat, di tongkrongan anak kompleks, di kampus, di lapangan futsal, di lembar-lembar novel dan puisi bahkan di semua platform internet dan media sosial bertebaran kalimat itu.

Faktanya adalah semua orang pasti pernah merasakan jatuh cinta. Ya…jatuh cinta adalah pengalaman yang asyik. Sebagaimana banyak novel dan puisi cinta bersaksi, saat seorang jatuh cinta, seluruh alam semesta akan terinduksi menjadi mata, bibir, rambut, bahkan puting sang kekasih.

“Matamu adalah belantara tempat aku tersesat”

“Hujan adalah rahasia. Rahasia bibir mu yang berduri.”

“Apakah senja masih ranum di matamu? Sebelum tenggelam aku ingin

menatapnya dalam-dalam”

“Malam ini aku akan tidur di ujung hidungmu, esok pagi kau dapati aku tersesat di mata mu”

“Saat menatap Juliet yang menyandarkan pipinya ke tangan, Romeo berseru,

oh…andai aku adalah sarung tangan di tangan itu, maka aku mungkin menyentuh

pipinya”

Sebenarnya sang kekasih hanyalah manusia biasa. Tidak jauh berbeda dalam

esensi dengan manusia lain yang dijumpai setiap saat, di kampus, di halte bus, di bioskop, di pinggir jalan, di antrian loket, di gym, di spot pemancingan dan masih banyak lagi. Tetapi bagi orang yang sedang dimabuk asmara sosok itu tampaknya tidak terbatas, la senang tenggelam bahkan tersesat dalam ketidakterbatasan itu. Bahkan beberapa orang menggambarkan kekasihnya sebagai sosok yang sempurna. Lalu kenapa jatuh cinta menjadi pengalaman yang unik? Banyak riset ilmiah dan argumen logis berusaha menjawab pertanyaan itu.

Sekitar 60 tahun yang lalu, Jacques Lacan, seorang pemikir asal Prancis, pernah menulis, bahwa manusia adalah mahluk yang berlubang. Ya, berlubang tapi bukan berlubang secara fisik, tetapi ia memiliki lubang dalam jiwanya yang terus menuntut untuk diisi. Isinya bisa macam-macam, mulai diisi dengan barang-barang mewah, teman keluarga, cinta, dan sebagainya. Apakah anda punya lubang semacam itu di hati anda?
Pada hemat saya, Lacan betul. Saya sendiri merasakannya. Bagi saya, lubang dalam jiwa itu adalah sumber dari segala hasrat manusia. Artinya, keinginan dan dorongan hidup manusia berakar pada upaya manusia untuk mengisi lubang yang ada di dalam jiwanya. Saya menyebutnya sebagai “rumah hasrat”. Saya pernah jomblo cukup lama. Rasanya hampa. Hati kosong. Malam Minggu sepi. Mau curhat, tapi tak ada yang bisa diajak curhat. Akhirnya, di dalam hati muncul keinginan (hasrat) untuk mencari pacar lagi. Setelah bergaul dan membuka lingkungan pergaulan baru, saya pun mendapatkan pacar baru. Hati pun senang.

Pada intinya menurut Lacan pengalaman jatuh cinta adalah upaya jiwa untuk mengisi sesuatu yang berlubang itu (hasrat).

Jadi jatuh cinta bukan sesuatu yang terlarang, tabu apalagi najis. Itu adalah suatu yang wajar dan normal sehingga jatuh cinta selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas, baik dalam sastra, percakapan sehari-hari, maupun dalam lingkup ilmu pengetahuan.

Tak jarang, ketika kita jatuh cinta, kita juga merasa seolah-olah kita telah

menemukan bagian dari diri kita yang hilang. Kekasih sering dianggap sebagai cerminan dari diri kita yang lebih baik, atau bahkan sebagai soulmate yang telah ditakdirkan untuk kita. Ini membuat perasaan jatuh cinta menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan dua individu; ia menjadi pencarian terhadap makna hidup, kebahagiaan, dan kepenuhan diri.

Pada akhirnya, jatuh cinta adalah pengalaman yang unik karena ia mampu merangkai begitu banyak dimensi dalam kehidupan kita: emosional, fisik, psikologis, bahkan spiritual. Meski ada kalanya kita merasa terluka atau kecewa, pengalaman ini tetap mengajarkan kita tentang kedalaman perasaan, pengorbanan, dan bagaimana kita mampu tumbuh melalui hubungan dengan orang lain. Jadi, meskipun jatuh cinta bisa terasa seperti meregangkan nyawa, itulah yang menjadikannya begitu berharga. Kita mungkin ingin mati berkali-kali, tapi kita juga ingin hidup untuk merasakannya, untuk menikmati keajaiban dan keindahan yang datang bersamanya. Ayo jatuh cinta.