SASTRA

Manggarai: Festival Cahaya Dari Puncak Gunung Ranaka

×

Manggarai: Festival Cahaya Dari Puncak Gunung Ranaka

Sebarkan artikel ini
Gunung Ranaka di Kabupaten Manggarai, Flores, NTT. Terletak di ketinggian 2.140 meter.
Gunung Ranaka di Kabupaten Manggarai, Flores, NTT. Terletak di ketinggian 2.140 meter.

Oleh : Sandiaka Harmyn, Mahasiswa fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana

MERUM.ID – Manggarai memang terkenal dengan keindahan alamnya yang mempesona. Kabupaten yang terletak di ujung Barat pulau Flores ini memiliki banyak tempat wisata alam yang menarik untuk dikunjungi. Sejumlah besar penghargaan dan prestasi yang diraih provinsi NTT juga berkat kontribusi wilayah Manggarai Raya. Sektor pariwisata tentunya berperan besar dalam pencapaian tersebut.

Siang itu suasana kota Ruteng, (ibukota Kabupaten Mangggrai) amat ramai. Cuacanya cerah. Seantero kota tak nampak kabut tipis yang saban hari menyelimuti kota hujan ini. Hilir mudik kendaraan pun lancar di jalan-jalan kota. Masyarakat nampak beraktivitas normal dan semangat. Anak-anak sekolah berjalan meneteng buku-buku pelajaran. Ruko-ruko di area Pitak sangat ramai oleh pengujung. Pasar inpres Puni pun tak kalah gaduhnya. Bahkan nampak terlihat beberapa pedagang lombok dan ikan segar antusias menawarkan dagangannya dengan ciri khas logat Manggarai. Dentang lonceng Angelus dari menara Katedral pun menggelegar di seantero kota. Siang itu beberapa rekan mengajak saya untuk sejenak melepas lelah dan kepenatan sembari menikmati udara segar nan dingin khas pegunungan dari atas puncak Gunung Ranaka. Singkat cerita kami berempat kemudian sepakat untuk mengambil rute barat menuju ke Puncak Ranaka.

Gunung Ranaka adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timut. Gunung yang tingginya sekitar 2140 meter itu merupakan gunung yang sering didaki pengunjung. Lokasi gunung ini dapat dikunjungi menumpang kendaraan pribadi ataupun bus umum yang menuju ke timur Flores.

Perjalanan pendakian gunung ini sejauh sekitar sepanjang 9 Km sampai puncak. Gunung Ranaka tercatat terakhir kali meletus pada 11 Januari 1988 dengan ketinggian asap sekitar 8.000 meter dan juga disertai awan panas yang mengarah ke Wae Reno dan Wae Teko di sebelah utara gunung api itu.

Perjalanan kami dimulai dari kampung Robo yang jaraknya kurang lebih 15 menit Perjalanan dari Ruteng dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Menuju puncak, kami menyusuri jalan beraspal yang lumayan menantang karena topografinya yang ekstrem. Salah melangkah anda bisa tergelincir dan jatuh tersungkur. Perlu kehati- hatian yang ekstra selama menyusuri jalan (rute) ini. Apalagi pada saat musim hujan. Sebaiknya anda perlu berjalan dalam dua atau tiga gerombolan kecil. Tidak dianjurkan berjalan sendiri. Perjalanan menuju Puncak Ranaka memang gampang-gampang susah. Gampang karena tidak perlu menyiapkan banyak peralatan mendaki cukup tenaga yang stabil saja. Susah karena selain jalannya yang ekstrem semak belukar pun

tumbuh dan menyerobot masuk ke bahu-bahu jalan.

Kurang lebih 3 jam perjalanan kami sudah bisa bernafas legah di atas puncak tertinggi Manggarai itu. Dari sini dapat dilihat stasiun pemancar milik Telkom. Selain itu, pemandangan alam dari puncak gunung ini sangat indah. Hampir pasti bahwa sebagian besar wilayah Manggarai dan Manggarai Timur dapat terlihat dari sini. Kota Ruteng dengan kehasannya terlihat jelas. Nun jauh di sana tampak pula Kota Borong meski sedikit samar-samar. Di sebelah timur ada Kampung Mano dengan rimbunan ribuan pohon cengkih nampak indah dan menawan. Sungai berkelok-kelok di bawah sana. Jalan raya pun nampak seperti ular besar melintang dari wilayah Manggarai Raya. Samar-samar terdengar deru mesin kendaran dan sederet aktifitas masyarakat lainnya. Kicauan burung pun beraneka ragam seolah membentuk suatu orkestra alam.

Menjelang senja. Lampu-lampu philips dari rumah-rumah dan gedung-gedung di bawah sana menyala terang menggantikan gemerlap siang yang dihiasi beragam panoroma alam dan buatan. Gerombolan burung kecil di angkasa nampak terbang beriringan kembali ke sarangnya masing-masing. Dari sini anda dapat menyaksikan ribuan pertunjukan alam tanah Nunca Lale. Hawa dingin yang menyengat mengusik kami untuk segera turun dan kemabli ke kota. Masing-masing kami sibuk mengambil jaket dari tas dan mengenakannya. Secara bergilir kami menancapkan semacam tongkat ke tanah sebagai tanda kami pernah berkunjung ke “atap” Manggarai ini dan menyaksikan keindahan Tanah Nunca Lale dari sudut ke sudut. Terimakasih Ranaka. Terimakasih Sang Pencipta. Dari Puncak Ranaka kami menyaksikan indahnya festifal cahaya.

https://metrum.id/Handrisius
SASTRA

Oleh: Sandryaka Harmin METRUM.ID – Jika jatuh cinta…